Hai pria berbaju merah ...
.
.
Aku bertemu denganmu, diwaktu yang sama dengan hari sebelumnya dan hari sebelumnya lagi.
Hari ini, kau memakai baju merah, baju yang sama kau pakai saat hari yang disebut awal pekan diminggu ini.
Kita berdiri cukup berjauhan.
Aku berbicara dengan seseorang dan kau berbicara dengan seseorang juga.
Aku tahu bola mata coklat terang itu terus mencari kesempatan untuk melihatku.
Dan kau mendapatkan perhatianku, sampai pandangan kita bertemu.
Satu detik.
Kau tersenyum membalas senyumanku.
.
.
Aku tahu, semua masih sama bahkan lebih banyak dan besar dari sebelumnya.
= End =
Untuk seseorang berbaju merah lengan panjang yang kutemui hari senin dan hari sabtu diminggu ini.
I like you in red! : D
Xoxo,
ezy
Entri Populer
-
By Yoan Betzy Monica a.k.a Nyonya kyUPIL Starring Cast : Kim HyoRim(OC) Cho Kyuhyun (Super Junior) Disclaimer: Ide cerita ini bera...
-
Saranghae, Sonsaengnim ! Starring Cast: *Lee Seo Yeon (OC) *Park Jung Soo (Super Junior) By Yoan Betzy Monica a.k.a Nyonya kyUP...
-
By Yoan Betzy Monica a.k.a Nyonya kyUPIL Starring Cast : Kim HyoRim(OC) Cho Kyuhyun (Super Junior) Part 1 ***** Suara deruh air...
Translate
Minggu, 30 Agustus 2015
Kamis, 06 Agustus 2015
Insomnia
Oh… Ayolah~
“Kumohon, tidurlah.” Aku memelas pada diriku sendiri
sambil meringkuk dibalik selimut.
Kulihat lagi jam dinding bergambar Mickey Mouse –hadiah
saat ulang tahunku yang ke sembilan dari temanku, aku mengingat wajahnya tapi
tidak dengan namanya. Kebiasaan burukku. Okay,
lupakan. Kembali ke jam dinding, yang ternyata sekarang menunjukkan jarum pendeknya
hampir menyentuh angka tiga, jarum panjangnya pas diangka 11, dan jangan minta
aku menyebutkan jarum berwarna merah yang menunjukkan detik itu menunjuk
keangka berapa, karena hanya membuatku bingung, benda itu terus bergerak.
Huh~
Aku lelah.
Terlalu berlebihan memang jika aku mengeluh lelah.
Karena kemarin aku tidak melakukan hal-hal yang menguras energi lebih, seperti
biasa hanyalah lazy day –makan,
menonton, membaca, dan mengembangkan akun-akun sosial mediaku– karena tidak ada
jadwal kuliah.
Tapi ini sama sekali bukan diriku. Aku bukanlah
seseorang yang masih membuka mata diwaktu-waktu seperti ini, apapun alasannya.
Ratu tidur atau putri tidur –orang tidak mengatakan
raja atau pangeran karena aku wanita.:3–, tukang tidur dan yang paling kusuka:
gajah hibernasi/?/–karena aku menyukai gajah– walaupun gajah bukanlah golongan
hewan yang berhibernasi.
Semua julukan itu tercipta untukku karena
kegemaranku akan tidur. Aku sangat sangat sangat menyukai tidur.
Tapi… apa sekarang?! Aku tidak tidur!
Mataku yang tidak terbiasa akan hal ini sudah
memerah tapi dia tidak mau tertutup. Sialan!
Mulutku sudah menguap tapi kemana rasa kantuk tidak
tahu diri itu?
Aku ingin tidur!
“Aaaaaargh!”
Aku bergerak-gerak seperti orang gila diranjang
besarku. Kurang empuk apa kasur ini?
Aku bangkit terduduk dan melihat kesekeliling. Apa
aku harus melakukan sesuatu yang melelahkan? Tidak buruk.
Mengelilingi apartemen ini 5 kali akan menguras
energi lebih, lebih sekali malah. Apartemen yang sudah kutinggali selama
setahun ini tidaklah kecil.
“Ooh, tidaaaak…”
Tidak berhasil. Aku kehilangan energi tapi tetap
saja masih tidak mengantuk.
Oh, Tuhan. Apa lagi yang harus kulakukan? Menghitung
anak domba?
.
.
.
Oh, damn it!
Ini tidak berguna. Aku sudah menghitungnya 10 kali.
Jarum panjangnya sudah menunjuk angka delapan.
Ah, sudahlah, aku tidak akan tidur.
“Aku akan melihat sunrise saja. Untuk pertama kalinya.”
Aku mengambil selimut dan boneka gajah abu-abu
kesayanganku –perkenalkan, namanya bubu– dan melangkah pasrah ke balkon. Aku
akan menikmati pemandangan kota dan menunggu matahari untuk bangun.
Matahari, kau harus senang akan hal ini.
“Ehhm. Hei…”
Mataku mencari suara itu, kiri dan kanan. Aku
menemukan sosok itu disebelah kanan. Asing. Aku tidak percaya hal-hal tidak
masuk akal, jadi aku tidak takut. Dan aku yakin dia bukanlah hantu, dia –hmm,
terlalu tampan untuk hal itu.
“Hei… Kukira apartemen itu kosong.”
Ya, memang agak menyeramkan saat aku mengingat
apartemen itu kosong sejak sebulan yang lalu setelah ditinggalkan penghuni lama
–keluarga kecil– yang memilih untuk pindah ke Amerika. Tapi mengingatkan
kembali, aku tidak takut. Dapat kulihat kakinya yang masih menginjak lantai.
“Aku baru pindah kemarin sore.” Dia tersenyum
menjelaskan. Aku ikut tersenyum dan mengangguk-angguk paham sambil mengeratkan
selimutku.
“Namaku Chanyeol. Park Chanyeol.” Aku melihatnya
lagi. Senyumannya menarik. Seakan-akan mengajakku untuk ikut tersenyum.
“Kau bisa memanggilku Hyo.” Dia mengangguk.
“Kau… baik-baik saja?” Kenapa dia bertanya seperti
itu? Apa aku terlihat kacau?
“Hahaha…” Dia tertawa. Dia menertawaiku?
“Maaf. Tidak ada yang salah dengan wajah dan rambutmu.” Ah, aku
baru sadar tangan kiriku berada dipipi dan yang kanan dirambutku.
“Hanya saja, matamu sangat merah.”
“Benarkah?” Kini kedua tanganku berpindah tempat
dibawah mataku. Aku sedih akan ada lingkaran hitam dan kantung mata disini.
“Kau tahu? Aku sangat ingin tidur. Mataku perih dan
aku menguap puluhan kali. Tapi aku tidak bisa tidur, sama sekali tidak bisa.”
“Kau insomnia?
“Entahlah. Selama aku hidup, ini adalah yang pertama
kalinya.”
“Pasti sangat menyiksa.” Aku mengangguk-angguk
setuju sambil mengerucutkan bibirku. Aku merasakannya dalam beberapa jam
berakhir. Ini lebih menyiksa daripada menyelesaikan tugas mr.Kim yang mata
kuliahnya sama sekali tidak kumengerti.
“Kau… apa yang kau lakukan di jam seperti ini?”
“Aku sunbaemu.” Aku tidak mengerti. Apa itu
maksudnya, dia lebih tua dariku?
“Hahaha. Wajahmu lucu. Maksudku, aku juga insomnia.
Sudah sejak 2 tahun yang lalu, jadi kukira aku adalah sunbaemu.” Aku mengangguk
paham.
Kenapa harus serumit itu untuk menjawab kalau dia
insomnia? Banyak jeda dan kami hanya tersenyum dan tersenyum lagi.
“Kau menyukai gajah?” Matanya tertarik pada bubu
yang berada didalam pelukanku.
“Hmm, sangat. Lihatlah. Namanya bubu.” Antusiasku,
aku suka memperkenalkan bubu pada orang lain. Tidak pantas memang jika orang
tahu aku sudah berusia 20 tahun, usia yang cocok untuk meninggalkan benda-benda
berbulu dan lembut yang disebut boneka. Tapi aku menyukai gajah dan semua
boneka gajahku. Aku tidak peduli pendapat orang lain.
“Hai, bubu.” Dia melambai-lambaikan tangannya. Aku
mendapatkan respon yang berbeda darinya. Haha, seperti anak kecil. Ini adalah
hal kedua yang menarik darinya.
“Teman-temanku sering menyebutku gajah. Kau lihat?
Telinga kami sama.” Tangannya kini berada dibelakang kedua telinganya,
menggerak-gerakkan.
Benar, terlihat sama!
Hanya saja, milik gajah jaaaaaauh lebih lebar. Kami
tertawa bersama. Benar-benar menarik. Dan banyak pembicaraan random setelah
itu.
Kami menemukan kesamaan diantara kami, seperti
menyukai hari jumat, fotografi, komik, susu coklat, cupcake dan mempunyai
rutinitas abstrak di lazy day –hari
dimana hanya ada kau dan kemalasanmu–. Selain kesukaan yang sama, ada juga yang
berbeda. Bukan berbeda –mungkin- tapi karena tidak bisa. Dia tidak bisa makan
beberapa makanan laut, ia memiliki alergi. Dan aku sangat menyukai makanan
laut.
Sayang sekali aku tidak bisa makan sup kepiting
kesukaanku buatan ibu bersamanya.
Tunggu dulu! Apa? Bersamanya?
“Lihat, tuan mataharinya sudah bangun.” Suara
besarnya menyadarkanku.
Wah! Indah…
Matahari yang masih malu-malu untuk keluar, yang
masih mengintip. Namun semakin lama semakin keluar menampakkan cahayanya,
seakan-akan didorong dari bawah. Aku harus mengabadikannya. Suara jepretan dari
nya lebih dulu terdengar.
“Cantik.” Kulihat dia tersenyum senang melihat hasil
kamera besarnya. Aku tidak mau ketinggalan, suara kamera ponselku berbunyi
beberapa kali, berusaha mengambil angel terbaik dari sang matahari. Pengalaman
pertamaku, tidak tidur disaat langit gelap, menunggu matahari bangun, berbicara
berjam-jam dengan orang yang baru kukenal.
Tidak buruk.
Ini menarik. Ini menyenangkan!
Namun sayang harus berakhir, “Aku harus siap-siap
ada kuliah pagi yang menungguku.” Aku membereskan selimut dan tidak lupa
membawa bubu.
Saat hendak masuk, “Hyo-” suaranya menghentikan
langkahku, “apa.. apa kita bisa menunggu matahari lagi besok?” Tangan kanannya
menggaruk tengkuknya dan tangan kirinya memegang pagar balkon yang menghadap
kebalkonku. Dan kini ia tersenyum. Aku mengikutinya untuk tersenyum dan
mengangguk, membuat senyumannya semakin lebar.
“Semoga harimu menyenangkan.”
“You too, Park Chanyeol. Have a great day.”
Virus senyuman darinya tidak menghilang bahkan
setelah aku membereskan tempat tidur.
Ini virus darinya atau… aku yang ingin tersenyum.
Entahlah. Ini tidak buruk dan aku menyukainya. Ini menarik dan menyenangkan.
Insomnia tidaklah buruk.
Dan walaupun tidak bisa makan sup kepiting bersama.
Kami tetap bisa menunggu matahari bangun untuk hari selanjungnya, selanjutnya
dan selanjutnya. Bersama…
~o0o~
END
Huft~
Finally… I did it!
I’m back! Hahaha
Setelah sekian lama tidak bercerita, akhirnya aku
kembali.
Cerita ini hasil imajinasi yang muncul di pukul
02.45 WIB dan well… yaa, aku enggak
tidur sampai pagi menjelang. Cerita ini enggak sepenuhnya fiksi dan ada
–banyak– curhatan/hal-hal tentang aku didalamnya. Hahaha *promosi*
Aku senang bisa ceritain tentang gajah dan Park
Chanyeol disini.
And thanks to you, seseorang yang nemenin dan
ninggalin aku tidur.-__- HAHAHA
Okay, see you in another story. PaayPaaay. :*
Xoxo,
EZY
Categories
Fanfiction,
Park Chanyeol
Langganan:
Postingan (Atom)