Menunggu adalah kegiatan yang membosankan. Kegiatan yang membosankan itu akan berubah menjadi kegiatan yang memusingkan saat dirimu menunggu bersama anak kecil yang super aktif, yang tidak bisa diam, yang bisa berpindah tempat dalam waktu yang singkat. Bukan karena kekuatan super, tapi karena anak itu sangat aktif. -_-
Semakin memusingkan lagi saat anak kecil itu hanya menganggap omelan dan teriakan darimu sebagai musik pengiring kegiatan bermainnya, membuatnya semakin bersemangat bergerak dan bermain.
Dan kegiatan membosankan serta memusingkan itu adalah kegiatan yang sedang kulakukan sekarang. Aku menunggu bersama anak kecil ajaib. Anak kecil itu sedang lari-lari seorang diri tidak jauh dariku. Membuatku mengeluarkan teriakan untuk kesekian kalinya yang memohon padanya untuk tidak bergerak terlalu banyak, tidak bergerak berlebihan yang membuat tampilan bersih dan manisnya berubah menjadi berbanding terbalik, atau gerakan yang menghasilkan keringat berlebihan dan yang terburuk gerakan yang dapat membahayakan dirinya.
"Tuhkan, udah berapa kali dbilangin tapi enggak mau dengar, jadi jatuhkan." Teriakan yang terdengar marah, kejam dan menyalahkan kukeluarkan. Tapi sebenarnya ini adalah khawatiranku, lututnya berdarah.
"Gak bisa lari-lari lagi. Sampe uncle dan aunty dateng, kamu harus duduk dan tenang disini. Beside me, okay? "Seperti aplikasi, tapi, tidak. Ini perintah. Ia mengangguk patuh. Meskipun tidak menangis, aku tau ia kesakitan saat aku menempelkan plester obat ke luka nya.
Sunyi memang, tapi ini lebih baik dari anak kecil ini menambah luka dibagian tubuhnya yang lain.
"Bu tau nggak? Kalau udah dewasa nanti aku mau jadi apa? "Sekedar meralat, sebenarnya saat bersama anak ini suasana tidak akan sesunyi itu. Sebagai informasi tambahan, anak kecil ini bukan anak yang pendiam. Banyak hal yang ia mau tau dan banyak hal yang ingin dibicarakannya. Percakapan random khusus anak-anak. Dan kenapa ia memanggilku 'bu', itu karena ia selalu memanggilku 'bubu', berasal dari nama bonekaku dan nama itu yang dipakainya sebagai nama panggilan untukku.
"Jadi superhero. Aku mau menyelamatkan kota. "
"Waw, hebat. Kamu mau jadi siapa? Superman, spiderman atau batman? Kamu bisa terbang atau hilang? "Aku merespon seantusias mungkin. Menarik sebenarnya untukku, saat hampir semua anak ingin menjadi dokter dan polisi saat mereka dewasa nanti, ternyata masih ada satu dari banyak anak itu yang memiliki hati mulia untuk menjadi seseorang yang berguna bagi bangsa dan negara, seseorang yang akan menyelamatkan kota dengan cara yang berbeda, caranya sendiri.
Ia menggelengkan kepalanya, dan wajah manisnya terlihat semakin lucu saat ia berusaha untuk serius, "Enggak semuanya, aku enggak mau jadi superman, spiderman, atau batman. Aku mau jadi diriku sendiri, bu. "
Lalu ia tampak berpikir, membuat wajahnya semakin lucu. Ingin rasanya aku mencubit pipinya yang tidak begitu cubby itu. Ia akan melanjutkan jawabannya, "Hmm, sering ganti-ganti sih bu, tapi aku lebih seringnya kuat."
Sungguh, aku ingin tertawa dan mencubit pipinya. Anak-anak benar-benar memiliki imajinasi yang luar biasa.
"Jadi, kamu kayak Hulk? Badannya besar dan berotot? "
"Iih, bubu. Tadikan udah aku bilang, aku mau jadi diriku sendiri. Jadi badannya aku enggak ada ototnya. "
"Terus, kamu menyelamatkan kotanya gimana?"
"Kan aku superhero. Meskipun badan aku kayak gini, aku tetep kuat, aku bisa ngelempar. Jadi semua orang gak bakalan nyangka kalau aku superhero. "
Luar biasa. Apa dan siapa yang bisa kuberi pujian dan kusalahkan untuk imajinasi anak ini? Dan ada apa dengan diriku? Sebenarnya, aku seperti memiliki firasat yang tidak baik akan pembicaraan kami ini.
"Waw, hebat. Kamu bisa ngelempar apa aja? "Aku ingin mengakhiri dan mengalihkan pembicaraan ini. Tapi sialnya bibir ini tetap mengeluarkan keantusiasan.
"Semuanya. Cuma satu yang gak bisa aku lempar. "
Anak kecil ini terlalu pintar dibandingkan teman-teman seumurannya. Ia menjawab dengan sangat baik. Dan satu yang kusadari adalah aku tidak bisa berhenti. Aku terbawa arus ...
"Apa?"
"Hati aku."
"Maksud kamu?"
"Nanti kalau udah dewasa, aku pengen ngasih hati aku ke bubu. Enggak mau aku lempar, soalnya aku kan superhero, kalau dilempar, ntar penundaan. "
"E-eh?"
"Bubu, itu papa sama mama. Papa ... Mama ... "
ooooo
ooooo
Hahahahaha ... Okeey, izinkan aku untuk tertawa lagi. Hahahahaha ...
Serius, menurut aku aneh banget ceritaku kali ini. Aku aja bingung kenapa bisa nulis ini.
Tapi aku suka saat ngebayangin ini. Lucu kali ya digombalin sama anak kecil. : D
Okedeh, sampai jumpa di cerita selanjutnya.
Ps: Thanks untuk seseorang yang jauh disana. Chat-mu menginspirasiku. ;) Kupersembahkan fiction ini untukmu. Happy birthday bocah ingusan ~ hhahaha
See you ...
Xoxo,
EZY